Reaktivasi Herpes Zoster: Apa yang Harus Diwaspadai?

Reaktivasi Herpes Zoster: Apa yang Harus Diwaspadai?

Pernah mengalami cacar api atau herpes zoster dan merasa lega karena sudah sembuh? Sayangnya, itu belum akhir dari segalanya.

Banyak orang mengira bahwa herpes zoster hanya terjadi sekali seumur hidup. Namun faktanya, reaktivasi herpes zoster bisa terjadi lagi—dan pada sebagian kasus, bisa lebih parah dari sebelumnya.

Artikel ini akan membahas sisi yang jarang dibahas dari herpes zoster: bagaimana ia bisa muncul kembali, apa faktor risikonya, dan bagaimana menghindari kekambuhan yang bisa lebih menyakitkan.

Baca Juga: Manfaat dan Efek Samping Vaksin Cacar Ular (Herpes Zoster)

Apa Itu Reaktivasi Herpes Zoster?

Herpes zoster adalah bentuk reaktivasi dari virus varicella zoster—virus yang sama yang menyebabkan cacar air. Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tidak sepenuhnya hilang. Ia “bersembunyi” di dalam sistem saraf dan bisa kembali aktif suatu hari nanti.

Dilansir dari Docquity, Reaktivasi herpes zoster adalah ketika virus yang sempat tidak aktif kembali “bangun” dan menyerang saraf, memunculkan ruam menyakitkan di permukaan kulit.

Mitos: Herpes Zoster Cuma Sekali Seumur Hidup

Banyak orang percaya bahwa herpes zoster hanya terjadi sekali. Namun studi menunjukkan bahwa sekitar 5–6% pasien akan mengalami kekambuhan, bahkan lebih dari satu kali.

Beberapa kasus bisa terjadi di lokasi yang sama atau di sisi tubuh yang berbeda. Kekambuhan bisa terjadi dalam waktu beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah serangan pertama.

Kenapa Herpes Zoster Bisa Kambuh Lagi?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan reaktivasi:

  1. Penurunan imunitas (karena usia lanjut, stres kronis, atau penyakit kronis)
  2. Penggunaan obat imunosupresan (pasien kanker, transplantasi organ, atau autoimun)
  3. Kehamilan pada ibu yang sebelumnya pernah mengalami herpes zoster
  4. Gaya hidup tidak sehat, kurang tidur, kurang nutrisi, dan stres berkepanjangan

Virus ini seperti “musuh dalam selimut” — menunggu kondisi tubuh lemah untuk menyerang kembali.

Baca Juga: Apakah Herpes Zoster Menular? Bagimana Penyebarannya?

Apakah Kekambuhan Lebih Parah?

Bagaimana Cara Menghilangkan Nyeri Pasca Herpes Zoster?

Tidak selalu, tapi pada banyak kasus, kekambuhan bisa lebih menyakitkan atau lebih luas dari sebelumnya. Ini beberapa alasannya:

  • Lokasi reaktivasi bisa lebih sensitif (wajah, mata, kepala)
  • Ruam bisa menyebar lebih luas atau terasa lebih dalam
  • Gejala umum seperti demam dan kelelahan bisa lebih terasa dibanding episode pertama

Bahkan pada kasus langka, reaktivasi bisa menyebabkan komplikasi seperti:

  • Herpes zoster oftalmikus (mengenai mata dan bisa menyebabkan kebutaan)
  • Herpes zoster otikus (menyerang telinga dan sistem keseimbangan)
  • Zoster sine herpete (nyeri saraf tanpa ruam, sehingga sulit terdiagnosis)

Mengapa Reaktivasi Bisa Sulit Dikenali?

Reaktivasi herpes zoster tidak selalu langsung disertai ruam. Kadang, pasien hanya merasakan:

  • Nyeri tajam
  • Kesemutan di area tubuh tertentu
  • Sensasi terbakar seperti disengat listrik

Karena itu, banyak yang keliru mengira sedang mengalami nyeri otot, saraf terjepit, atau gangguan lain.

Diagnosis dini sangat penting agar antivirus bisa diberikan dalam 72 jam untuk menekan gejala dan mencegah komplikasi.

Pencegahan: Bisa Dilakukan, Bahkan Setelah Pernah Terkena

Banyak orang mengira bahwa jika sudah pernah kena, maka vaksin tidak lagi berguna. Ini keliru. Vaksin herpes zoster tetap direkomendasikan, bahkan pada mereka yang pernah mengalami herpes zoster sebelumnya.

Rekomendasi dari CDC dan WHO:

  • Usia 50 tahun ke atas: disarankan vaksin herpes zoster
  • Usia <50 tahun dengan kondisi imunosupresi: konsultasi dengan dokter

Vaksin terbaru (recombinant zoster vaccine/RZV) menunjukkan efektivitas tinggi dalam mencegah kekambuhan dan komplikasi jangka panjang.

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mencegah Kekambuhan?

  1. Jaga daya tahan tubuh: tidur cukup, nutrisi seimbang, olahraga rutin
  2. Kelola stres: meditasi, konseling, dan relaksasi
  3. Pantau gejala awal: jangan abaikan nyeri yang tidak biasa
  4. Vaksinasi: diskusikan dengan dokter Anda apakah vaksin zoster cocok untuk Anda
  5. Periksa rutin: terutama jika memiliki penyakit kronis

Baca Juga: Perbedaan Penyebab, Gejala Herpes Zoster dan Herpes Simplex

Herpes Zoster Bukan Hanya Masalah Kulit

Sering kali kita melihat herpes zoster hanya sebagai ruam kulit. Padahal, dampak utamanya justru pada sistem saraf. Dilansir dari Southern Pain and Neurological, Pada sebagian orang, terutama lansia atau penderita penyakit kronis, komplikasi saraf ini bisa mengganggu kualitas hidup secara signifikan.

Reaktivasi juga bisa memicu:

  • Kecemasan dan depresi
  • Gangguan tidur
  • Masalah keseimbangan dan penglihatan

Karena itu, penanganannya tidak cukup dengan salep atau antihistamin. Diperlukan pendekatan medis holistik.

Mengapa Artikel Ini Penting?

Banyak artikel membahas herpes zoster hanya saat pertama kali muncul. Padahal, reaktivasi adalah ancaman nyata yang sering diabaikan.

  • Gejalanya lebih halus dan bisa menyerupai penyakit lain
  • Bisa menimbulkan komplikasi saraf
  • Pencegahannya tersedia, namun belum dimanfaatkan secara maksimal

Dengan membahas sisi ini, kami berharap masyarakat lebih siap dan tidak terlambat bertindak.

Kesimpulan

Reaktivasi herpes zoster bukan sekadar kemungkinan—itu adalah risiko nyata. Bahkan setelah sembuh, virus varicella zoster tetap hidup dalam tubuh dan bisa aktif kembali saat sistem imun melemah.

Jangan abaikan nyeri yang tidak biasa, terutama jika Anda punya riwayat cacar air atau herpes zoster. Segera konsultasikan ke dokter dan diskusikan kemungkinan vaksinasi untuk perlindungan jangka panjang.

Vaxine Care siap membantu Anda dengan layanan vaksinasi zoster dan edukasi yang lengkap — baik di klinik maupun lewat homecare.

Lindungi diri hari ini, cegah kekambuhan esok hari!

 

Referensi:

Docquity, diakses pada Juli 2025, Why Can Herpes Zoster Recur? Understanding the Reactivation of a Latent Virus.

Southern Pain and Neurological, diakses pada Juli 2025, How Shingles Affects the Nervous System

CDC, diakses pada Juli 2025, Shingles Vaccine Recommendations

 

Artikel telah ditinjau oleh:

dr. Putri Sarah

dr. Putri Sarah

Artikel Lainnya