Banyak masyarakat masih berpikir, “Vaksin HPV cuma perlu kalau sudah aktif secara seksual.” Atau, “Vaksin HPV hanya untuk perempuan.” Dan ada juga yang bilang “Kalau saya sudah menikah, buat apa vaksin HPV?”
Bahkan, ada yang takut vaksin HPV karena katanya bisa menyebabkan efek samping serius atau malah membuat tubuh menjadi infertil.
Padahal, banyak dari pernyataan tersebut adalah mitos yang tidak sesuai dengan fakta medis.
Lewat artikel ini, Vaxine Care ingin mengajak Anda untuk memahami fakta ilmiah di balik vaksin HPV, siapa yang sebaiknya mendapatkannya, dan mengapa penting untuk tidak menunda vaksinasi ini.
Baca Juga: Kenali Pengertian, Prosedur, Dosis, dan Jarak Vaksin HPV
Apa Itu HPV dan Kenapa Berbahaya?
Dilansir dari Cleveland Clinic, HPV (Human Papillomavirus) adalah virus yang sangat umum menular melalui kontak kulit ke kulit, terutama saat aktivitas seksual. Ada lebih dari 100 jenis HPV, dan sebagian di antaranya bisa menyebabkan kanker.
Fakta penting tentang HPV:
- Sebagian besar infeksi HPV tidak bergejala dan bisa sembuh sendiri.
- Namun, beberapa tipe HPV berisiko tinggi dapat menyebabkan kanker serviks, kanker anus, kanker penis, kanker mulut, dan kanker tenggorokan.
- Infeksi HPV juga bisa menyebabkan kutil kelamin (genital warts).
Menurut WHO, HPV adalah penyebab utama kanker serviks, yang setiap tahunnya menyebabkan lebih dari 300.000 kematian perempuan di dunia.
Mitos 1: Vaksin HPV Hanya untuk Perempuan
Faktanya:
Vaksin HPV disarankan untuk laki-laki dan perempuan.
Kenapa? Karena HPV tidak hanya menyerang perempuan. Laki-laki bisa terkena kanker penis, kanker anus, dan kanker orofaring (mulut & tenggorokan) akibat HPV.
Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), vaksinasi HPV pada laki-laki juga penting untuk mengurangi penyebaran virus ke pasangan seksualnya.
Baca Juga: Pria Harus di Vaksin HPV! Ini Alasannya
Mitos 2: Vaksin HPV Hanya Diberikan Setelah Menikah atau Aktif Seksual
Faktanya:
Vaksin HPV paling efektif diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual, karena tubuh belum pernah terpapar virus.
Rekomendasi WHO dan Kementerian Kesehatan RI:
- Vaksinasi ideal dilakukan pada usia 9–14 tahun.
- Namun, bisa tetap diberikan hingga usia 26 tahun (bahkan sampai 45 tahun dalam kondisi tertentu).
- Vaksin akan lebih efektif bila diberikan sebelum ada paparan HPV.
“Vaksin HPV bukan berarti tidak bisa diberikan saat sudah dewasa, tapi hasilnya paling optimal bila diberikan saat remaja,” jelas dr. Jane Laura dari Vaxine Care.
Mitos 3: Vaksin HPV Menyebabkan Infertilitas
Faktanya:
Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan vaksin HPV menyebabkan gangguan kesuburan.
Sebaliknya, vaksin HPV melindungi perempuan dari kanker serviks, yang jika terjadi, dapat menyebabkan kerusakan organ reproduksi.
Kekhawatiran ini sering muncul akibat hoaks yang beredar di media sosial. Namun berbagai studi dari WHO, CDC, dan lembaga kesehatan dunia sudah membuktikan vaksin ini aman.
Mitos 4: Kalau Sudah Divaksin, Tidak Perlu Pap Smear
Faktanya:
Vaksin HPV tidak menggantikan pemeriksaan Pap Smear.
Vaksin HPV melindungi dari sebagian besar tipe HPV berisiko tinggi, tetapi bukan semua jenis. Maka dari itu, Pap Smear tetap penting untuk deteksi dini perubahan sel di leher rahim.
“Vaksinasi adalah langkah pencegahan, sedangkan Pap Smear adalah skrining,” jelas dr. Arief dari Vaxine Care.
Mitos 5: Vaksin HPV Tidak Penting Kalau Tidak Berencana Punya Pasangan
Faktanya:
HPV bisa ditularkan bukan hanya melalui hubungan seksual yang penetratif. Kontak kulit, sentuhan genital, bahkan penggunaan alat bersama di tempat tertentu juga bisa menularkan HPV.
Jadi, vaksinasi bukan hanya soal “berencana punya pasangan” tetapi soal melindungi diri dari infeksi virus yang berbahaya.
Siapa Saja yang Dianjurkan Mendapatkan Vaksin HPV?
- Anak-anak usia 9–14 tahun (idealnya sebelum aktif seksual)
- Remaja dan dewasa hingga usia 26 tahun
- Orang dewasa usia 27–45 tahun (setelah konsultasi dengan dokter)
- Laki-laki dan perempuan
Baca Juga: 3 Manfaat Vaksin HPV untuk Anak dan Dewasa
Efek Samping Vaksin HPV — Adakah yang Perlu Dikhawatirkan?
Vaksin HPV sangat aman dan sudah digunakan di lebih dari 100 negara di dunia.
Efek samping ringan yang mungkin terjadi:
- Nyeri ringan di tempat suntikan
- Demam ringan
- Sakit kepala ringan
Efek samping ini bersifat sementara dan jauh lebih ringan dibandingkan risiko komplikasi kanker akibat infeksi HPV.
Edukasi Lanjutan: Vaksin HPV Tidak Sama dengan Vaksin Kanker Serviks
Kadang, masyarakat menyebut vaksin HPV sebagai “vaksin kanker serviks”.
Padahal, vaksin ini tidak hanya melindungi dari kanker serviks, tetapi juga dari kanker-kanker lain yang disebabkan oleh HPV.
Itu sebabnya, sebutan yang tepat adalah vaksin HPV.
Vaksin HPV di Vaxine Care — Aman, Nyaman, dan Bisa Home Service!
Vaxine Care menyediakan layanan vaksinasi HPV dengan keunggulan:
✅ Homecare tanpa biaya tambahan
✅ Dilakukan oleh dokter berpengalaman
✅ Tersedia untuk remaja dan dewasa
✅ Sertifikat vaksin resmi
✅ Jangkauan layanan Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang, Bogor
Kesimpulan: Apakah Vaksin HPV Wajib?
Apakah vaksin HPV wajib?
✅ Jawabannya: Sangat dianjurkan — bahkan lebih baik dianggap sebagai kebutuhan penting.
Vaksin HPV bukan hanya untuk perempuan, bukan hanya untuk yang aktif seksual, dan bukan hanya untuk mereka yang berencana menikah.
Vaksin HPV adalah bentuk perlindungan diri yang bisa menyelamatkan nyawa.
Jangan tunggu sampai terlambat. Jadwalkan vaksin HPV di Vaxine Care hari ini. Lindungi diri, lindungi masa depan Anda.
Referensi:
Siloam Hospital, diakses pada Juni 2025, Apa Itu Infertilitas? Penyebab, Gejala dan Pengobatannya
Cleveland Clinic, diakses pada Juni 2025, HPV (Human Papillomavirus)
WHO, diakses pada Juni 2025, Cervical Cancer
Artikel telah ditinjau oleh:





