Otot leher yang kaku hingga denyut jantung yang lebih cepat jadi contoh gejala tetanus yang wajib Anda waspadai. Anda mungkin tidak akan merasakan gejala apapun ketika tetanus hingga dua atau sepuluh hari kemudian.
Oleh sebab itu, penting untuk memahami apa saja gejala, penyebab, hingga pencegahan tetanus. Simak artikel ini hingga akhir untuk mengetahuinya!
Apa itu Tetanus?
Dilansir dari CDC, tetanus adalah infeksi yang terjadi akibat adanya bakteri Clostridium tetani (C. tetani) yang memasuki tubuh.
Bakteri tersebut hidup dan ada di debu, tanah, usus hewan, hingga kotoran hewan dan manusia. Ketika terinfeksi oleh C. tetani, sistem saraf Anda berpotensi mengalami kerusakan.
Infeksi tetanus sendiri dapat terjadi ketika Anda memiliki luka terbuka. Sebut saja kaki Anda tertusuk paku yang berkarat.
Maka, Anda berisiko terkena tetanus dari luka terbuka karena tusukan tersebut sehingga menjadi jalan untuk bakteri C. tetani menginfeksi sistem saraf Anda. Jadi, tetanus bukan terjadi karena paku berkarat tersebut.
Gejala Tetanus
Anda akan mulai merasakan gejala-gejala infeksi tetanus setelah bakterinya selesai melakukan inkubasi. Ini menyesuaikan jenis tetanus yang Anda derita, namun umumnya setelah dua sampai dengan sepuluh hari.
Dilansir dari Mayo Clinic, gejala umum yang mungkin Anda rasakan jika terkena tetanus meliputi:
- Lockjaw atau kondisi kaku dan kejang pada otot rahang;
- Kaku pada otot leher;
- Kaku pada otot perut;
- Demam dan juga berkeringat;
- Kesulitan menelan;
- Kejang tubuh selama beberapa menit yang menyakitkan (pemicunya seperti sentuhan fisik, suara keras, angin, atau cahaya);
- Tekanan darah tinggi;
- Denyut jantung jadi lebih cepat.
Penyebab Tetanus
Setelah mengetahui apa saja gejala tetanus, Anda juga perlu memahami penyebab infeksi tetanus. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bakteri Clostridium tetani adalah penyebab terjadinya kondisi tetanus.
Spora dari Clostridium tetani bisa berkembang biak di hampir sebagian besar tempat. Terutama debu, kotoran binatang, dan juga tanah. Ketika Anda mengalami luka terbuka, maka spora dari bakteri tersebut akan masuk dan menginfeksi Anda.
Kemudian, spora tersebut tumbuh dan berkembang sebagai bakteri yang mengeluarkan racun berbahaya dengan nama tetanospasmin.
Racun ini berperan besar membuat kerusakan dalam sistem saraf yang bertugas mengontrol otot untuk neuron motorik. Hasilnya, Anda bisa mengalami kekakuan dan kejang otot di bagian tubuh yang memiliki luka terbuka.
Infeksi tetanus menjadi pengingat khusus bagi Anda agar segera membersihkan luka dengan menyeluruh, sehingga dapat mencegah bakteri masuk ke luka dan berkembang menjadi tetanus.
Komplikasi Tetanus
Melihat gejala tetanus dan penyebabnya, penting juga untuk mengetahui apa komplikasi yang berisiko Anda alami jika terinfeksi bakteri C. tetani. Berikut daftar komplikasinya:
-
Patah atau Retak Tulang
Pada penderita tetanus, salah satu gejalanya adalah kejang otot. Apabila kejang tersebut sudah parah serta berlangsung pada jangka waktu yang lama, maka komplikasi yang berisiko dialami adalah patah atau retak tulang.
-
Gangguan pada Sistem Pernapasan
Kejang otot yang parah pun bisa memengaruhi otot pada saluran pernapasan area atas. Ini akan berkembang menjadi komplikasi berupa gangguan pada sistem pernapasan.
Komplikasi satu ini juga mengancam jiwa apabila terdapat pengetatan pada pita suara serta kekakuan pada otot perut dan leher. Khususnya jika terjadi selama kejang.
-
Infeksi Nosokomial
Komplikasi selanjutnya adalah infeksi nosokomial, yakni infeksi yang dapat terjadi saat Anda sudah terlalu lama rawat inap di rumah sakit.
Infeksi yang mungkin Anda alami mulai dari pneumonia, emboli paru, hingga ulkus dekubitus.
-
Kematian
Gejala tetanus berupa kejang otot dapat memicu gangguan pada sistem pernapasan. Bila kondisi tersebut semakin parah, maka penderita tetanus bisa mengalami henti jantung yang berujung dengan kematian.
Pencegahan Tetanus
Dilansir dari WebMD, mencegah tetanus dapat dilakukan dengan mengambil langkah utama berupa vaksinasi. Indonesia mewajibkan vaksin tetanus sebagai imunisasi yang krusial bagi anak.
Imunisasi untuk tetanus ini diberikan sebagai salah satu bagian dari vaksin Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT).
Proses vaksinasi tersebut harus diberikan melalui lima tahapan, yaitu dari usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan, hingga usia 4-6 tahun.
Adapun anak-anak yang berusia melebihi 7 tahun bisa melakukan vaksinasi Td yang mampu lindungi diri dari risiko tetanus dan juga difteri.
Anda pun perlu mengingat bahwa vaksinasi harus diulang per 10 tahun. Tujuan pengulangan adalah meningkatkan imunitas tubuh dari infeksi tetanus dan juga difteri.
Baca Juga: Ketahui Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Vaksin DPT untuk Anak
Percayakan Vaksinasi Tetanus di Vaxine Care!
Untuk Anda yang ingin melakukan vaksin tetanus, Vaxine Care menyediakan Vaksin DPT Hexaxim (Combo 6in1) sebagai paket lengkap.
Selain mencegah penyakit dan gejala tetanus, Anda juga bisa mencegah beberapa penyakit sekaligus seperti Difteri, Pertussis, Polio, Hepatitis B, serta Hib (Haemophilus influenzae tipe B).
Vaksinasi ini berlaku untuk anak-anak maupun dewasa. Jadwal vaksinasi maupun imunisasinya adalah sebagai berikut:
- Dewasa: Vaksin Td (Tetanus dan Difteri) atau vaksin Tdap (Tetanus, Difteri, dan Aseluler Pertusis atau batuk rejan) sebanyak 1 dosis yang diulang setiap 10 tahun;
- Anak-anak: Vaksin diberi 3 kali untuk usia 2, 3, dan 4 bulan atau 2, 4, serta 6 bulan. Lalu, lakukan booster 1 di usia 18 bulan serta booster 2 di usia 5-7 tahun.
Anda bisa percaya pada Vaxine Care karena tindakan vaksinasi sepenuhnya dijalankan oleh dokter khusus yang ahli dan profesional di bidangnya. Vaksinasi pun bisa Anda lakukan di rumah (home service) atau on-site menyesuaikan lokasi terkini. Biaya per vaksinasi sudah termasuk dengan jasa dan juga transportasi dokter, sehingga tidak ada biaya admin tambahan.
Harapannya, vaksinasi ini dapat mencegah infeksi dan gejala tetanus yang berisiko pada berbagai komplikasi hingga kematian. Jadi, hubungi kami sekarang untuk pendaftaran dan atur jadwal vaksinasi!
Referensi:
CDC, diakses pada Desember 2024, Tetanus: Causes and How It Spreads
Mayo Clinic, diakses pada Desember 2024, Tetanus
WebMD, diakses pada Desember 2024, Tetanus Prevention
Artikel telah ditinjau oleh: